Tuesday, June 12, 2007

Apsas 2 Tahun, 2007

“Laporan Awal Syukuran 2 Tahun Apsas di ak.’sa.ra,”

oleh Kurnia Effendi
http://groups.yahoo.com/group/Apresiasi-Sastra/ Senin, 29 Januari 2007

Sekali lagi saya ucapkan: selamat ulang tahun kedua untuk Apsas.

Syukuran yang digelar di toko buku ak.’sa.ra hari Minggu tanggal 28 Januari 2007 antara terduga dan tak terduga, dihadiri oleh 74 orang (sesuai daftar hadir), hampir 10% dari jumlah anggota yang tercatat hingga Minggu pagi oleh Akmal: 766 orang.

Ketika saya tiba di halaman parkir dan menelepon Sang Ketuplak (Ketua Pelaksana) Yo Sugianto, ternyata dia dan tim “menginap” di ak.’sa.ra untuk mengatakan bahwa seksi sibuk itu datang sebelum toko buka.

Dalam perjalanan seusai menghadiri akad nikah adik ipar penyair Fikar W. Eda di Masjid Sutan Takdir Alisyahbana Universitas Nasional, saya kontak sms dengan Akmal yang juga baru usai mengikuti pengajian pagi di Masjid Sunda Kelapa.

Demikianlah, pagi di toko buku ak.’sa.ra tak seperti biasanya, karena ruang tengah tampak dilonggarkan dan sejumlah apsasians sedang mengatur ini-itu, loading ini-itu, dan begitu guyub meskipun para “bidadari” itu tidak memasang emblem “dharmawanita” di dada mereka.

Yang mengagumkan, sudah ada Tanzil yang pipinya montok, Adi Toha dan Dhiphie, kita ketahui mereka berangkat dari Bandung tentu sangat pagi. Mang Jamal yang serombongan dengan mereka rupanya selingkuh dulu dengan Pertamina dalam acara 1001 Buku, sebagai narasumber.

Saat saya menurunkan koleksi kartu pos dan buku yang akan dipamerkan, sudah tertata rapi sejumlah koleksi bible dari Kang Tanzil, pembatas buku rajutan dari Mbak Arleen, dan kartu pos kiriman Kang Sigit, juga 6 buah lukisan cantik dalam ukuran yang seragam karya Wanda Leopolda.

Sementara kudapan terus ditata di meja dan betapa aneka ragamnya, mulai dari kopi, greensand, teh walini, lemper sampai keripik belut. Iit dari Bandung mengabarkan baru berangkat membawa sendiri brownies kukus Bawean.

Jadi pagi itu tak kurang ada Om Yo, Sahlul, Rita Achdris, Mbak Ochi, Epri Tsaqib, Abang Edwin, Fitri, Krisdian, Feby Indirani, Rilla Romusha, dst, maaf jika ada yang tak tersebutkan seperti sang dokumentator resmi, dan Dedy Tri Riyadi, Tiur. Menyusul Dino F. Umahuk dan Lia, Bung Kelinci sekeluarga, Ita Siregar, Ana Mustamin, Misbach, Olin Monteiro, Pak Rahmat Ali, Yonathan Rahardjo, Dumaria Pohan, Manaek Sinaga, Setiyo Bardono dan isteri, Milla pena bulu angsa, dan sulit ditengarai lagi karena susul menyusul hingga Akmal and his family yang kemudian agak tergesa mengabarkan bahwa Bang Remy Sylado harus dijemput di Cipinang Muara.

Acara mulai agak terlambat, dibuka oleh Dino dan Rilla (kita singkat menjadi Dorilla? Jangan ya?), dilanjut oleh sambutan Vivian Idris selaku tuan rumah dari pihak ak.’sa.ra, lantas pembacaan sambutan Sigit Susanto sebagai wakil moderator oleh Tanzil, sementara Akmal menjemput Bang Remy.

Acara berlanjut dengan perkenalan, sampailah yang agak mengejutkan, karena ada bule yang saya pikir kesasar, namun ternyata memang hendak mengikuti acara Apsas. Namanya pasti bule tapi di Indonesia dia dipanggil Mas Yanto, ini yang membuat kita tertawa sekaligus terharu ketika dia menyatakan hendak masuk milis dan bersemangat mengikuti acara sastra (kenyataannya ia hadir hingga ujung acara).

Setelah itu pertunjukan monolog digelar oleh Bung Iwan Kelinci dengan menampilkan Maya Sekartaji, alumni STBA, diteruskan dengan gitaris Fano menyanyikan 4 lagu, satu di antaranya dengan vokal Bung Iwan membawakan Bunga Terakhir karya Beby Romeo. Sesudah atau sebelumnya ada penyerahan souvenir sumbangan Ana Mustamin. Saat itulah, kalau tak salah, Iit Omunium tiba dari Bandung.

Karena waktu menunjuk pukul setengah satu, kami pun istirahat untuk sholat dan makan. Saat itu tiba Damhuri Muhamad dkk. Juga Anya Rompas dan Tiara dari Bunga Matahari.

Sesi berikutnya dibuka dengan pembacaan puisi bahasa Prancis oleh Pak Rahmat Ali. Saya melihat Remy Soetansah dan Arief Wicaksono dari rumah Musik Indonesia hadir dalam ruangan ituSementara Bang Remy Sylado sudah standby. Diskusi pertama digelar, Bang Remy didaulat ke meja pembicara dan saya menjadi second speaker dengan moderator Akmal. Kami berdua bicara tentang proses kreatif.

Secara terpisah akan dibahas mengenai isi diskusi yang cukup meriah itu oleh siapa saja yang hadir dan menyimak. Satu jam berlalu, disusul dengan acara-acara yang slih berganti antara lain (urutannya tak ingat benar karena begitu mengalir susul menyusul dengan antusiasme yang tetap tinggi): pembacaan puisi Sihar Ramses Simatupang, diksusi buku puisi “Di Lengkung Alis Matamu“ Yo Sugianto, “Biru Hitam Merah Kesumba“ karya 4 perempuan bukan penyair (Olin Monteiro, Lulu, Oppie Andaresta, Vivian Idris), diskusi buku Damhuri Muhammad dan Mang Jamal dengan pembicara Ita Siregar, pembacaan puisi Tiara, Yonathan Rahardjo, Urip Herdiman Kambali, pembacaan cerpen Buntelan oleh pengarang indie super indie (karena mencetak sendiri menjlid sendiri menjual sendiri) A. Badri AQT. Ditutup dengan pembacaan puisi Epri Tsaqib.

Setiap diskusi yang berlangsung, ada hadiah bagi yang mengajukan pertanyaan kepada pembicara maupun pengarangnya. Asyik kan? Mereka yang beruntung pulang membawa banyak oleh-oleh.

Seperti layaknya sebuah pertemuan, diakhiri dengan foto bersama yang sangat heboh. Tapi memang tak ada pesta yang tak berakhir. Kita semua harus membersihkan ruangan dari materi pameran dan makanan (seperti pulang arisan, kita pulang bawa kueh). Sebelum saya pamit untuk mengantar Ita Siregar dan Tiur, tentu memandang Om Yo yang tampak letih setelah didera oleh persiapan luar biasa tapi tetap menyungging senyum lugu dan pemalu.

Selamat untuk semua yang telah saling bahu-membahu hingga terselenggaranya acara Syukuran 2 Tahun Apsas, yang diharapkan oleh Vivian Idris agar bisa secara triwulanan menggelar pertemuan. Sebuah silaturahmi yang ternyata begitu hangat, media komunikasi langsung sekaligus untuk ajang tukar menukar karya, pemberitahuan acara pribadi, dan pembelajaran yang tulus.

Ini tentu laporan yang tak detil dan lengkap. Jadi harap disambung atau ditambahi oleh yang lain-lain. Bagi yang tak sempat hadir, terima kasih atas sumbangan kudapan dan pajangan pamerannya, juga doa yang dipanjatkan.

Salam untuk semua.

No comments: