Tuesday, June 12, 2007

HUT 3 APSAS, 2008

7. Pembacaan puisi oleh Jonathan Rahardjo
http://indahsurvyana.multiply.com/video/item/26/Penampilan-Jonathan_Raharjo.wmv.3GP

Pembacaan Karya Dua Peserta Lomba ESAI HUT APSAS 3 itu
http://groups.yahoo.com/group/Apresiasi-Sastra/message/34774

Didaulat panitia untuk menjadi salah satu juri Lomba ESAI HUT APSAS 3 beserta Kang sigit Susanto, Minggu 17 Februari 2008 saya membacakan penilaian saya terhadap karya peserta di depan teman-teman hadirin Acara HUT APSAS 3 di Japan Fondation Jakarta.

Karena pesertanya hanya dua, Panitia mengatakan 'semua' peserta ini mendapat penghargaan, bingkisan dari panitia. Semoga sudah dikirim dan menerimanya.

Saya membacakan penilaian saya itu dalam moment ditembak untuk baca puisi mendadak, sekaligus untuk mencegah tampil 2 kali guna bagi peran dan kesempatan dengan teman lain, sebagai berikut:

Peserta 1: st F Ragil F (erpapabifa@..)
Karya: 'INVASI' JEPANG DALAM KESADARAN HISTORIS KESUSASTRAAN
INDONESIA

- Mengambil Hikmah dari penjajahan Jepang untuk menentukan KeIndonesiaan, yang nilai-nilainya dapat diambil dari sastra-sastra Indonesia tentang masa jepang, sampai karya terbaru/ terkini, bukan hanya sastra angkatan Jepang-1945.

- Lebih dalam pembahasan dan sintesa permasalahannya

- Bahasa/ pengungkapannya cukup berbelit dan rumit, banyak bahasa akademis/ bahasa ilmiah


Peserta 2 Dino F Umahuk
Karya: Menjadi Binatang Jalang atau Lonte Pemilik Modal

- Mengambil hikmah dari puisi/sastra perjuangan angkatan Jepang-1945 untuk menyikapi pergulatan pencarian identitas sastra Indonesia masa kini, khususnya Komunitas Apresiasi sastra.

- Lebih sepintas pembahasan dan sintesa permasalahannya

- Bahasa/ pengungkapan pembahasannya lebih mudah dipahami/ memakai bahasa populer.

Jelas terdapat perbedaan pandangan dua peserta terhadap karya sastra itu.

Karya sastra peserta 1 lebih menekankan jati diri keIndonesiaan berhikmah dari penjajahan Jepang kita dengan memakai sastra sebagai medium pembahasan. Dengan demikian, materi yang disampaikan lebih bicara pada masalah kebangsaan, budaya, 'narasi besar', dengan mengambil contoh karya sastra tentang masa Jepang sejak jaman Jepang/45 sampai karya termoderen.

Sedangkan karya peserta ke dua lebih menekankan dunia sastra tidak perlu menyerah dengan kondisi carut marut perkembangan sastra terkini, belajar dari perlawanan para sastrawan angkatan Jepang/ 45. Hal ini terutama ditujukan untuk komunitas Apresiasi sastra dalam rangka HUT yang ke 3 ini guna melangkah ke masa depan.

Dengan tidak adanya pemilihan juara lantaran terbatasnya peserta, diambil jalan tengah kedua karya tersebut sama-sama baik, dalam arti mempunyai manfaat sesuai dengan sudut pandang yang berbeda, memperkaya wawasan kita untuk mencermati kesusastraan Indonesia terkait dengan penjajahan Jepang yang kini bangsa Jepang mencoba memperbaiki masa silam itu dengan berbagai kerjasama termasuk dengan
adanya Japan Fondation yang memberi tempat pada Milis Apresiasi sastra untuk menyelenggarakan hajat HUT nya yang ke 3.

Semoga dua karya ini menegaskan benang merah yang terjadi antara bangsa kita dengan bangsa Jepang yang pernah melakukan hubungan antara Saudara Tua dan Saudara Muda pada Masa Perang Asia Timur Raya, yang ternyata merupakan suatu siasat belaka, menyisakan berbagai kepedihan dan hutang perang, yang kini mau tak mau harus kita hadapi apapun yang telah terjadi dan bakal terjadi antara 'dua saudara' ini.

Dua karya peserta ini merupakan MARTIR bagi generasi saat ini untuk tetap mengingat dan menengok sejarah bangsa ini, menegaskan jati diri bangsa ini, baik sebagai bangsa berbudaya dalam narasi besar, maupun dalam konteks komunitas-komunitas yang terus melakukan gerilya guna menyusun pondasi sastra dan budaya bangsa yang besar.

Artinya, apapun yang dilakukan dalam komunitas sastra Milis Apresiasi Sastra ini merupakan suatu tindakan yang sangat berarti dalam penguatan jati diri manusia, yang secara alami ternyata adalah manusia INDONESIA, yang mesti bergaul dengan manusia-manusia lain, termasuk mantan saudara tua: Jepang, menuju sasaran kemanusiaan yang
lebih luas sesuai harkat adanya manusia berbudaya dan beradab di bumi yang satu.

Terimakasih kepada 2 (dua) peserta lomba Esai yang telah melakukan sesuatu yang sangat berarti, 2 (dua) dari ratusan bahkan menuju ribuan anggota Milis Apresiasi Sastra.

Sekali lagi, semoga panitia segera atau sudah mengirim hadiahnya kepada kedua peserta kita. :))

Akhirnya, terimakasih kepada panitia yang telah memberi kepercayaan kepada saya untuk menjadi salah satu juri, dan terimakasih kepada teman semua yang meluangkan waktu untuk mendengar pembacaan 'puisi' hal ini di acara HUT 3 Apsas, dan meluangkan waktu untuk membaca laporan penilaian ini.

SELAMAT HUT 3 APSAS.....!!!! (terimakasih door prize-2-nya... hehe..)


salamnyamnyam,
yonathanrahardjo

Re: Kesan-kesan acara HUT Apsas ke-3

16 Pebruari 2008. Akhirnya, keraguan terkikis pelan-pelan. Mengumpulkan keberanian untuk datang ke sebuah pesta besar tidaklah mudah. Apalagi pesta sebuah komunitas sastra. Hujan yang tadinya akan menjadi alasan untuk mengurungkan niat berangkat, ternyata tidak muncul sejak pagi. Maka semesta pun seperti membisikkan panggilan mesra, menetapkan hati agar segera mengayun langkah.

Dominasi warna hitam itu terlihat sangat anggun. Dengan tata lampu yang sederhana namun tetap berkesan artistik. Temaram, begitulah pandangan pertama yang menyihir saya begitu memasuki ruangan. Karena datang terlambat, maka saya harus rela menempati posisi agak di belakang. Meski pun sebenarnya tidak menjadi masalah karena acara di gelar ala ¡lesehan¢ Jepang, sehingga tidak mempengaruhi pandangan ke arah stage. Apalagi didukung dengan sound system yang baik. Hanya saja, keinginan untuk mengambil gambar terpaksa harus diurungkan, karena dengan kamera digital ala ¡kadar¢-nya, posisi saya duduk tentu kurang mendukung.

Saya senang dg acara bincang2 dengan Mas Ajie. Pertunjukan teater Pintu 310 STBA LIA? Great. Jempol deh untuk Mas Iwan S. (Bung Kelinci). Penari2nya....ehm. Monolog Cantik Itu Luka? Bikin saya terpesona sama Mbak Maya Sekartaji. Diskusi mengenai novel terjemahan juga seru! Thanks (Mbak?) Shiho Sawai 'n Mas Badri. Pembacaan puisi? Swear, membuat saya untuk pertama kalinya mengerti bahwa ternyata begitu banyak cara berbeda dalam menyampaikan suara hati. Apalagi ketika Mas Yonathan Rahardjo di dakwa untuk ke depan, membawakan puisi ¡aneh¢-nya. Empat jempol Mas! Bukan dengan jempol kaki lho, tapi saya paksa adek saya untuk meminjamkan jempol tangannya.

Pokoknya, deretan acara yang sempat saya ikuti judulnya TOP. Selesai foto2 saya keluar dengan 'rasa' berbeda. Kemana pandangan mata ini hinggap, yang tertangkap adalah senyum dan tawa riang. Baik panitia yang telah sukses menuntaskan kerja keras mau pun sesama anggota milis yang saling berpamitan. Tua muda berbaur. Senior dan junior tanpa jarak. Jabat tangan erat tergenggam. Dari situ lah harapan agar semangat untuk terus berkarya bisa tertular. Dan, satu-satunya door prize yang saya bawa pulang adalah: SEMANGAT!

Akhirnya saya tinggalkan Japan Foundation. Kembali ke habitat. Rumah.

APSAS, Sastra untuk SEMUA!

You Lee

Note: Mas Setiyo, sakitnya tidak berlanjut kan... Mungkin hanya demam panggung wkt trma penghargaan (:


Beberapa hal yang kuingat seputar Pesta Apresiasi Sastra

- sekantong tas plastik penuh makanan tiba-tiba melorot dari atas panggung ketika Danarto yang bermonolog terasuki kekuatan Tuhan. Siapa gerangan aktor dibalik melorotnya tas plastik itu?

- Pertanyaan singkat yang diajukan Binhat Nurrohmat pada waktu diskusi buku Murakami ternyata ada 3 point hingga Mbak Ita Siregar terlihat gemas.

- Bung BK, model paling ganteng sedunia meminta sedikit tepuk tangan ketika Band Class Room nya menyanyikan lagu. Mungkin peserta PAS terlalu asyik menikmati makanan aneka rupa dan tumpeng yang menggiurkan.

- Tiba-tiba sosok Sujono begitu menarik perhatian peserta PAS setelah TP 301 memainkan sepenggal kisah Perempuan Kembang Jepun karya Lan Fang. Berapa tanggal sebenarnya lahir Sujono?

- Hamsad Rangkuti agak kesulitan membaca cerpennya "Hukuman Buat Tom" karena kacamatanya kurang kompromi. Ia juga meminta agar lampu di luar panggung jangan dimatikan, agar ia bisa melihat ekspresi peserta PAS. Ngomong-ngomong, Tom menurut saya nama yang terlalu keren untuk seorang pengemis.

- Karena tak ingin tampil dua kali, Yonathan Rahardjo membaca puisi sambil mengumumkan pemenang esai PAS. Kocak juga.

- Harus menulis novel dulu untuk mendapat doorprize paket flashdisk dkk. Itu terbukti setelah berkali2 diundi ternyata doorprize jatuh pada Titon Rahmawan penulis novel Turquiose dan Yonathan Rahardjo penulis novel Lanang. Harusnya doorprize itu jatuh ke tangan Misbach atau Budi Setyawan, tapi mereka sudah pulang jadi hangus.

- Saya gemetar waktu baca Haiku. Kenapa selalu begitu. Mungkin dalam event-event sastra, panitia harus mulai menunjuk orang yang belum sering tampil di panggung agar terbiasa.

Salam
Setiyo Bardono
Http://setiakata.multiply.com

Long Road To Depok

Selalu ada akhir dalam sebuah pesta. Semuanya mencoba mengais kegembiraan dalam salam perpisahan. Kang Yonathan Rahardjo sibuk mengurusi doorprize yang berjibun menghampirinya. Sihar Ramses Simatupang, saudara kembarnya hanya senyum-senyum saja. Mereka berdua sempat kuledek sebagai pasangan Barry Prima - Advent Bangun, soalnya badannya gede-gede. (Padahal menurut adik saya, penyair nggak pantes kalau badannya gede. Ah ada-ada saja)

Olin masih sibuk saja dengan kameranya. Rita Achdris yang sukses sebagai ketua pelaksana tersenyum lega. Sahlul Fuad hilang dari pandangan, mungkin memberesi panggung. Titon Rahmawan masih membanggakan nasibnya sebagai orang baik hingga dapat doorprize, paket USB dan kroni-kroninya. Onoy Wahyono, yang ternyata mirip Adri Subono terlihat ceria sampai akhir.

Penyair Tombo Ngantuk sepertinya bergegas diamankan pacarnya. Gadis manis yang lupa aku tanyakan namanya juga udah raib entah kemana. Anya, Djorgy dkk, masih sempat memberikan senyum terbaiknya. Urip Herdiman Kambali, sepertinya punya rute sendiri sendiri hingga tak
mau kuajak bareng ke Depok. Arie Saptoaji, sibuk mereka-reka rute ke arah Klender, tapi sia-sia karena temannya sudah nongkrong di depan Gedung Summitmas pake motor.

Shiho, peneliti jepang yang dipanggil Sukhoi oleh Yonathan Rahardjo memandang semuanya dengan senyum ramahnya. Milla dan Fitri, sibuk menjaga garda depan dan melayani pembelian kaos apsas. Yohannes sugianto menghilang dari pandangan. Mang Jamal sudah melepas kimono
dan ngrokok di lantai bawah. Dan siapa lagi ya... Maaf yang luput dari pandangan jangan marah.

Akhirnya aku dan Adi Toha menyusuri jalan Sudirman, soalnya dia masih keder dan tak tahu angkutan ke Cilincing, tempat menginap. Setelah kupastikan tubuhnya ditelan bus menuju Tanjung Priok, aku menyetop kopaja jurusan manggarai dan turun di Komdak kemudian nyambung ke bus jurusan Kampung Rambutan dan turun di Stasiun Cawang.

Turun sempoyongan dan kemudian muntah cairan secawan. Perlu diketahui kondisi badan saya memang sedang tidak fit, dan punggung masih ada bekas kerokan malam sebelumnya. Maaf kalau dalam beberapa sesi acara saya mencoba membaringkan badan dan tidur.

Peron memang dibuat untuk menunggu. Cukup lama hingga krl eko datang. Lumayan lega walaupun tempat duduk sudah terisi semua. Untuk menghindari muntah berkelanjutan, saya duduk di lantai kereta beralaskan sandal tua.

Tak banyak yang naik di stasiun berikutnya mungkin karena bukan hari kerja. Tapi malang, di Stasiun Pasar Minggu, KRL dinyatakan mengalami gangguan dan penumpang harus turun menunggu kereta berikutnya.

Peron Pasar Minggu jadi penuh seketika. KRL yang datang juga sudah penuh hingga tak kuasa menampung limpahan penumpang. Aku jongkok di lantai dan menunggu kereta berikutnya yang alhamdullillah lumayan sepi tapi tak ada space untuk duduk di lantai. Sampai di Stasiun Depok Baru, turun dan muntah secawan lagi.

Untung di angkot menuju Sawangan keadaan badan cukup membaik, walaupun perut kadang mual. Setelah turun dari angkot, berjalan menyusuri gang gelap, menyempatkan buang hajat kecil yang tertahan di pojok kebon belimbing, akhirnya sampai juga di rumah tercinta jam 20.30 malam.

Selamat Ulang Tahun Apsas.

Salam
Setiyo Bardono

No comments: